KetuaLKAAM Pariaman yang juga Walikota Pariaman Genius Umar sedang malewakan gala sangsako kepada Danlantamal II Padang yang ditandai dengan pemasangan tingkuluak ke kepala Laksama TNI Hargianto. (Foto : Kominfo Pariaman) PARIAMAN - Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang Laksamana Pertama TNI Hargianto, SE,MM,MSi (han) mendapat anugerah Gelar Sangsako Sutan Lauik Sati Nan Batuah
KBRNPadang; Komandan Lanud Sutan Sjahrir Kolonel Pnb M.R.Y. Fahlefie, S.Sos,psc., hadiri acara Audensi Bank Syariah Indonesia bertempat di crew room Lanud Sutan Sjahrir, Jum'at (28/5/2021). Komandan Lanud Sutan Sjahrir dalam acara tersebut mengatakan, selamat datang kepada tim Bank Syariah Indonesia,
GelarSultan menurutnya berasal dari perbincangan warga Kota Bukittinggi yang penasaran dengan sponsor utama PSKB saat berhasil melaju menjadi Juara Liga 3 Sumbar. "Banyak yang menyangka Sultan adalah nama saya, sebenarnya itu nama anak ke-dua saya dan kebetulan memang saya sedikit membantu PSKB selaku manajer," kata dia.
OLEH Asraferi Sabri (Budayawan) Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi H.M, Tito Karnavian, MA, Ph.d diberi 'gala' (gelar) Sutan Rajo Paga Alam. Gelar diberikan oleh kaum Sikumbang, Kamang Mudiak, Agam, Sumbar.
UjangSutan Rajo Angek. Jl. Sari Kelana No. 1 Jakarta Tenggara, 090921 " Demikianlah si Ujang, bergelar Sutan Rajo Angek mencantumkan signaturenya pada tiap emailnya. Setelah menikah, si Ujang dengan bangganya memperkenalkan dirinya dengan namanya yang baru. Ujang Sutan Rajo Angek. Ada tambahan gelar "Sutan" di belakang namanya, Sutan Rajo Angek.
foHw. – Pekan Nasional Petani-Nelayan Penas KTNA XVI 2023 kembali digelar. Kali ini dilaksanakan di Sumatra Barat, tepatnya di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sutan Sjahrir, Padang, Sabtu 10/6/2023.Komandan Lanud Sutan Sjahrir, Kolonel Nav Saeful Rakhmat sangat bangga karena Lanud Sutan Sjahrir mendapat kesempatan menjadi tuan rumah pagelaran besar nasional yang dihadiri kurang lebih petani dan nelayan dari berbagai wilayah di Penas KTNA XVI 2023 ini bertemakan “Memantapkan Penguatan Potensi dan Posisi Tawar Komoditi Lokal untuk Mewujudkan Kemandirian Pangan Berkelanjutan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045”.Adapun rangkaian pembukaan Penas KTNA XVI dimeriahkan oleh penampilan drumband dari taruna/taruni peserta Latsitardanus XLIII. Dilanjutkan dengan performance tari massal yang bertajuk “Tari Manaruko Lumbung.” Manaruko adalah proses perjalanan nenek moyang suku bangsa Indonesia di berbagai pulau di nusantara, nenek moyang datang melalui laut dan sungai kemudian naik ke daratan untuk membuka lahan bertani dan beternak sebagai petani dan Sumbar, Mahyeldi Ansharullah memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada TNI Angkatan Udara Khususnya kepada Danlanud Sutan Sjahrir, Kolonel Nav Saeful Rakhmat karena sudah bersedia memberikan tempat dan menyukseskan pelaksanaan Penas KTNA XVI di Provinsi Presiden RI Ir. H. Joko Widodo diwakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dr. Ir. Airlangga Hartarto, IPU, serta dihadiri tokoh-tokoh penting seperti Menteri Pertanian, Gubernur Sumbar beserta Gubernur se-Indonesia, bupati dan wali kota se-Kab/Kota Prov. Sumbar, Danjen Akademi TNI, Danrem 032/WBR, Danlantamal II Padang, Kapolda Sumbar, dan unsur Forkopimda Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dr. Ir. Airlangga Hartarto, IPU secara virtual membuka kegiatan Penas Tani XVI/2023 secara resmi dan menyampaikan sambutan Presiden RI Joko Widodo. “Izinkan saya menyampaikan permohonan maaf Presiden RI belum bisa hadir dalam kegiatan yang berbahagia ini, maka dari itu izinkan saya menyampaikan sambutan Presiden RI,” katanya.
Peristiwa dan manusia merupakan objek utama dalam kajian ilmu sejarah. Tanpa manusia, sebuah peristiwa tidak akan bisa direkontruksi. Demikian pula dengan peristiwa yang terjadi di sekitar proklamasi kemerdekaan. Peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari aktivitas manusia yang mengiringinya termasuk tokoh-tokoh yang berperan dalam proklamasi. Berikut ini adalah Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia selengkapnya. Baca Juga Perumusan Teks Proklamasi Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Proklamasi 1. Soekarno Masa kecil Soekarno dihabiskan di Tulungagung bersama kakeknya, Raden Hardjokromo. DI Tulungagung pula Soekarno mengenyam pendidikan untuk pertama kalinya. Akan tetapi, belum sampai tamat ia harus mengikuti orang tuanya pindah ke Majokerto. Di Mojokerto Soekarno bersekolah di Eerste Inlandsche School tampat ayahnya bekerja. Pada usia 14 tahun, seorang kawan ayahnya yang bernama mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan bersekolah di Hogere Burger School HBS. Setelah tamat dari HBS pada tahun 1920, Soekarno melanjutkan pendidikannya ke Technische Hoga School/THS Sekarang ITB di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Sejak masa pergerakan nasional hingga pendudukan Jepang, Soekarno telah berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada saat Jepang membentuk beberapa organisasi sosial untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Soekarno tidak begitu saja menerima Propaganda Jepang. Justru melalui organisasi Putera, Soekarno beserta Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Mas Mansur berperan dalam menyebarkan semangat kemerdekaan kepada masyarakat Indonesia. Pada akhir tahun 1944 posisi Jepang dalam Perang Pasifik semakin terdesak. Pada saat itu pula, janji mengenai kemerdekaan lndonesia diucapkan oleh pemerintah Jepang. Sebagai realisasi janji tersebut, Jepang membentuk BPUPKI sebagai lembaga penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. Soekarno yang tergabung dalam organisasi BPUPKI ikut berperan dalam usaha persiapan kemerdekaan indonesia. Melalui Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan gagasan mengenai dasar negara. Usulan Soekarno pada saat itu kemudian disempurnakan menjadi Pancasila yang kita kenal saat ini. Setelah tugasnya dianggap selesai, BPUPKI dibubarkan oleh Jepang dan digantikan oleh PPKI. Soekarno mendapat kepercayaan sebagai ketua PPKI. Sebagai pimpinan PPKI dan pemimpin gerakan kemerdekaan saat itu, Soekarno mendapat desakan dari golongan muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Soekarno menolak untuk melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanpa melalui sidang PPKI. Penolakan Soekarno tersebut berakibat dirinya harus diamankan ke Rengasdengklok oleh golongan muda. Dalam peristiwa Rengasdengklok, kebulatan tekad mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan telah tercapai. Soekarno akhirnya kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sesampainya di Jakarta, Soekarno sempat menemui Jenderal Nishimura untuk menanyakan sikap Jepang mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, Jepang ternyata mengingkari janji kemerdekaan Indonesia. Perubahan sikap Jepang tersebut menyebabkan Soekarno memutuskan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan usaha sendiri. Pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari, Soekarno di kediaman Laksamana Maeda merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan indonesia bersama Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo. Soekarno menuliskan rumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam secarik kertas dan ikut menandatangani naskah proklamasi yang telah diketik sebagai wakil bangsa Indonesia. Selanjutnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno. Sejak saat itulah bangsa indonesia resmi menjadi bangsa merdeka. Baca Juga Perumusan Teks Proklamasi 2. Moh. Hatta Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 dengan nama Mohammad Athar. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil merupakan keturunan ulama tarekat di Batuhampar, dekat Payakumbuh. Ayahnya meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Ibunya bernama Siti Saleha berasal dari keluarga pedagang di Bukittinggi. Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan di sekolah swasta. Selanjutnya ia pindah ke sekolah rakyat, kemudian pindah ke Europeesche Lagere School ELS di Padang dan tamat pada tahun dari ELS, Hatta melanjutkan studinya di MULO Padang, dan tamat tahun 1917. Pada tahun 1921 Hatta tiba di negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hogeschool di Rotterdam. Pada masa pergerakan nasional, Moh. Hatta merupakan ketua organisasi Indische Vereeniging atau Perhimpunan Indonesia yang beranggotakan pelajar Indonesia di negeri Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, Moh. Hatta dikenal sebagai salah satu pemimpin organisasi Pusat Tenaga Rakyat Putera yang ikut menyebarkan semangat kemerdekaan. Setelah pertemuan dengan Marsekal Terauchi di Dalat, Moh. Hatta menerima desakan golongan muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Saat Soekarno menegaskan bahwa proklamasi harus dipersiapkan melalui sidang PPKI, Moh. Hatta mendukung keputusan tersebut. Setelah peristiwa Rengasdengklok Moh. Hatta bersama Soekarno dan Ahmad Soebardjo merumuskan naskah proklamasi di kediaman Laksamana Maeda. Selama merumuskan naskah Proklamasi, Moh. Hatta berperan memberikan rumusan paragraf ke dua dalam naskah Proklamasi Kemerdekaan lndonesra. Bunyi kalimat yang diusulkan Moh. Hatta yaitu “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara yang saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Menurut Moh. Hatta, kalimat terakhir dalam naskah proklamasi merupakan pernyataan pengalihan kekuasaan transfer of sovereignty. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno didampingi Moh. Hatta. Selanjutnya, Moh. Hatta meminta Diah menggandakan naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh Jakarta. Atas inisiatifnya, masyarakat Jakarta segera mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya, melalui sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 Moh. Hatta ditetapkan sebagai wakil presiden pertama Republik Indonesia. Hatta meninggal pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 77 tahun. Menjelang akhir hayatnya, Moh. Hatta berpesan bahwa ia ingin dimakamkan sebagai rakyat biasa. Akhirnya, Moh. Hatta dimakamkan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980. 3. Ahmad Soebardjo Ahmad Soebardjo lahir pada tanggal 23 Maret 1896 di Karawang, Jawa Barat dari keluarga bangsawan keturunan Aceh. Ahmad Soebardjo merupakan salah satu dari beberapa tokoh yang menikmati pendidikan Barat. Ahmad Soebardjo juga berkawan dengan Moh. Hatta selama menempuh pendidikan tinggi di Eropa. Pada tahun 1933 Ahmad Soebardjo berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Leiden dan memperoleh gelar Meester in de Richten Mr. yang setara dengan gelar Sarjana Hukum pada saat ini. Pada masa pendudukan Jepang, Ahmad Soebardjo menjabat kepala biro riset Angkatan Laut yang dipimpin oleh Laksamana Maeda. Berkat jabatan itu pula, Ahmad Soebardjo berhasil menjalin hubungan baik dengan Laksamana Maeda. Selain memiliki jabatan dalam pemerintahan, Ahmad Soebardjo berperan dalam menggerakkan golongan muda untuk memperjuangkan kemerdekaan. Ketika Soekarno dan Hatta berada dl Rengasdengklok, Ahmad Soebardjo melakukan perundingan dengan salah satu tokoh golongan muda yaitu Wikana mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ahmad Soebardjo adalah tokoh yang meyakinkan golongan muda bahwa pelaksanaan proklamasi akan diadakan selambat-lambatnya pukul tanggal 17 Agustus 1945. Sementara itu, di Rengasdengklok terjadi kesepakatan antara Soekarno, Hatta, dan golongan muda mengenai pelaksanaan proklamasi. Selanjutnya, Ahmad Soebardjo pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Sesampainya dI Jakarta, Ahmad Soebardjo langsung menemui rekannya Laksamana Maeda dan meminta izin untuk melakukan rapat persiapan kemerdekaan Indonesia di rumahnya. Permintaan Ahmad Soebardjo tersebut disetujui oleh Laksamana Maeda. Ahmad Soebardjo ikut merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ahmad Soebardjq mengusulkan paragraf pertama naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus berisikan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Kalimat tersebut diambil dari isi Piagam Jakarta. Usulan tersebut diterima olek Moh. Hatta dan Soekarno. Selanjutnya, Soekarno menuliskan usulan Ahmad Soebardjo pada secarik kertas Ketika Republik Indonesia resmi terbentuk, Ahmad Soebardjo beberapa kali diberi kepercayaan untu memegang jabatan dalam pemerintahan Republik Indonesia. Melalui sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945_ Ahmad Soebardjo ditunjuk sebagai menteri luar negeri dalam Kabinet Presidensial Indonesia pertama. Jabatan tersebut dipegang Ahmad Soebardjo hingga tanggal 14 November 1945 karena sejak saat itu, kabinet presidensial digantikan oleh kabinet parlementer yang dipimpin Sutan Sjahrir. Ahmad Soebardjo kembali menjabat sebagai menteri luar negeri pada masa Kabinet Sukiman 1951-1952. Jabatan terakhir Ahmad Soebardjo dalam pemerintahan adalah Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Swiss pada tahun 1957-1961. Ahmad Soebardjo wafat pada tanggal 15 Desember 1978 pada usia 82 tahun. 4. Sutan Sjahrir Sutan Sjahrir lahir pada tanggal 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Minangkabau, Sumatra Barat. Ayahnya bernama Mohammad Rasad dan ibunya bernama Siti Rabiah. Sutan Sjahrir menempuh pendidikan dasarnya di Europeesche Lagere School ELS kemudian Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO. Sutan Sjahrir kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Algemene Middelbare School AMS, Bandung. Sutan Sjahrir melanjutkan pendidikan tingginya di Belanda. Selama di Belanda inilah, ia bertemu Moh. Hatta dan bergabung menjadi sekretaris dari Perhimpunan lndonesia PI. Berbeda dengan Soekarno dan Hatta yang lebih kooperatif dengan Jepang. Sutan Sjahrirjustru dengan berani menjadi pemimpin “gerakan bawah tanah” semasa pendudukan Jepang di lndonesra. Melalui “gerakan bawah tanah” yang ia pimpin, Sutan Sjahrir menggerakkan banyak pemuda Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan. Melalui gerakan bawah tanah itu pula, Sutan Sjahrir mendengar berita kekalahan Jepang. Sutan Sjahrir langsung menggerakkan golongan muda untuk segera mempersiapkan kemerdekaan. Para pemuda tersebut berinisiatif segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan indonesia karena Jepang sudah kalah dalam perang. Sutan Sjahrir adalah orang pertama yang menemui Soekarno dan Hatta ketika mereka kembali dari Vietnam. Dalam pertemuan tersebut, Sjahrir memberitakan bahwa Jepang sudah kalah dalam perang. Sjahrir mendesak kedua tokoh bangsa Indonesia tersebut untuk segera mem< proklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, permintaan Sutan Sjahrir tersebut ditolak oleh Soekarno dan Hatta. Penolakan tersebut tidak membuat Sutan Sjahrir menarik dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sutan Sjahrir hanya menolak apabila kemerdekaan lndonesia harus dilakukan melalui persetujuan Jepang atau sidang PPKI. Hingga proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Sutan Sjahrir tidak tampak di kediaman Soekarno. Sutan Sjahrir menolak hadir karena ia tidak suka dengan keterlibatan beberapa perwira Jepang dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, ketika pemerintah negara Indonesia resmi terbentuk, Sutan Sjahrir dipilih oleh Soekarno sebagai ketua Badan Pekerja KNIP. Selanjutnya, pada tanggal 11 November 1945 melalui sidang KNIP Sutan Sjahrir ditunjuk Sebagai formatur untuk menyusun kabinet parlementer RI yang pertama. Akhirnya, pada tanggal 14 November 1945. Sutan Sjahrir dilantik sebagai perdana menteri pertama Indonesra. 5. Sayuti Melik Sayuti Melik lahir di Kadisobo, Rejodani, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 25 November 1908. Ayahnya bernama Abdul Muin dan ibunya bernama Sumilah. Pendidikan dasarnya ditempuh di Sekolah Ongko Lorq setingkat SD di Desa Srowolan, hingga kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta. Sejak muda, Sayuti Melik tekun menggeluti dunia politik dan jurnalistik. Akibatnya, masa muda Sayuti Melik lebih banyak dinikmati di penjara. Pada tahun 1926 ia ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKl, selanjutnya dibuang ke Boven Digul 1927-1933. Pada tahun 1936 ia ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah menjalani masa tahanan di Singapura, ia dibawa ke Jakarta dan dimasukkan sel di Gang Tengah. Pada tahun 1939-1941 Sayuti Melik dipenjara di Sukamiskin, Bandung. Ketika Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942 ia dipenjara lagi karena dituduh menyebarkan pamflet gelap PKl. Akhirnya menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ia dibebaskan. Sayuti Melik menjadi anggota susulan PPK dan turut hadir dalam peristiwa perumusan naskah proklamasi. Naskah proklamasi tulisan tangan Bung Karno diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan kata. 6. Sukarni Kartodiwiryo Sukarni Kartodiwiryo lahir di Blitar pada tanggal 14 Juli 1916. Pada masa mudanya, Sukarni menjadi ketua lndonesia Muda cabang Blitar. Pertemuannya dengan Soekarno terjadi saat ia menempuh pendidikan di Kweekschool sekolah guru di Jakarta. Pertemuan itu pula yang menyebabkan Sukarni tertarik dengan dunia politik Dalam perjuangan meraih kemerdekaan, Sukarni memang tidak memegang peranan sentral. Meskipun demikian, keberadaan Sukarni selaku pemimpin gerakan pemuda Angkatan Baru yang bermarkas di Menteng Raya 31 Jakarta cukup menentukan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Saat itu Sukarni yang mewakili generasi muda merasa gerah dengan sikap menunggu yang dipilih Soekarno dan Hatta. Golongan muda kemudian memutuskan membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Setelah tercapai kesepakatan mengenai pelaksanaan proklamasi, kedua pemimpin tersebut dibebaskan kembali ke Jakarta untuk memimpin rapat penyusunan teks proklamasi. Sukarni juga hadir dalam proses penyusunan naskah proklamasi. Sukarni pula yang memberikan usulan bahwa cukup Soekarno dan Hatta saja yang menandatangani naskah proklamasi. Ketika lndonesia merdeka, Sukarni masih menggeluti dunia politik bersama Partai Murba. Meskipun demikian, hubungannya dengan Bung Karno tidak mulus. Melalui Partai Murba, Sukarni menentang kebijakankebijakan Soekarno. Penentangan yang ia lakukan mengakibatkan Sukarni harus dihukum penjara. Sukarni keluar dari penjara setelah pemerintahan Soekarno digantikan oleh Soeharto. Ia wafat pada tanggal 7 Mei 1971 sewaktu menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Fil. 7. Diah Burhanudin Muhammad Diah atau Diah merupakan tokoh yang berjasa dalam penyebaran berita proklamasi. Sejak muda, Diah memiliki kecakapan dalam dunia jurnalistik. Setelah naskah proklamasi diketik, tokoh kelahiran Aceh ini diminta Moh. Hatta menggandakan naskah proklamasi. Setelah digandakan, Diah mengoordinasi golongan muda untuk menyebarkan salinan naskah proklamasi ke seluruh penjuru Kota Jakarta. Berkat jasanya, berita kemerdekaan Indonesia diketahui oleh rakyat Jakarta dan daerahdaerah lain di luar Jakarta. Berkat naluri jurnalistiknya pula, naskah proklamasi yang autentik masih dapat dilihat hingga saat ini. Pada masa revolusi Diah ikut dalam perjuangan bersenjata. Bersama rekannya Rosihan Anwar dan Jusuf Isak, Diah turut mengambil alih percetakan milik Jepang yang mencetak harian Asia Raya. Setelah berhasil menguasai percetakan Jepang, pada tanggal 1 Oktober 1945 Diah mendirikan harian Merdeka dan memimpinnya hingga akhir hayatnya. Diah wafat pada tanggal 10 Juni 1996 dalam usia 79 tahun. 8. Latief Hendraningrat Latief Hendraningrat merupakan pengibar bendera pusaka Merah Putih dalam upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Latief Hendraningrat memiliki nama lengkap Abdul Latief Hendraningrat dan lahir di Jakarta pada tanggal 15 Februari 191 1 . Latief Hendraningrat adalah prajurit Peta berpangkat Cudanco. Setelah proklamasi kemerdekaan, Latief Hendraningrat terlibat dalam berbagai pertempuran. Ia menjabat komandan Komando Kota ketika Belanda menyerbu Yogyakarta. Setelah berhasil keluar dari Yogyakarta yang sudah terkepung, ia melakukan gerilya. Setelah penyerahan kedaulatan, Latief Hendraningrat mulamula ditugaskan di Markas Besar Angkatan Darat, kemudian ditunjuk sebagai atase militer RI untuk Filipina Latief Hendraningrat meninggal di Jakarta dalam usia 72 tahun pada tanggal 14 Maret 1983. 9. Suhud Dalam rangkaian upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, diadakan upacara pengibaran bender pusaka Merah Putih. Suhud adalah salah satu tokoh golongan muda yang mengibarkan bendera Meralj Putih. Sebelum upacara diiaksanakan, di kediaman Soekarno tidak ada tiang yang dapat digunakan untu pengibaran bendera. Atas inisiatifnya, Suhud mencari sebatang bambu untuk digunakan sebagai tiang bendera Setelah pembacaan naskah proklamasi, Suhud bersama Latief Hendraningrat menjadi pengibar bendera pusaka Merah Putih untuk pertama kalinya. 10. Suwirjo Dalam upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ada satu tokoh yang ikut memberikan pidatq sambutannya. Tokoh tersebut adalah Suwirjo, Wakil Wali kota Jakarta. Suwirjo lahir di Wonogiri pada tanggal 17 Februari 1903. Sejak masa pergerakan nasional, Suwirjo aktif dalam berbagai perhimpunan pemuda salah satunya, Jong Java. Ia bahkan sempat tergabung dalam keanggotaan Partindo. Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 23 September 1945 Suwirjo diangkat menjadi Wali kota Jakarta menggantikan Shigo Hasegawa. Suwirjo memimpin Jakarta di tengah kondisi yang masih kacau. Kedatangan tentara Sekutu dengan NICA menyebabkan Jakarta sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia menjadi tidak kondusif. Ketika Soekarno dan Hatta harus hijrah ke Yogyakarta, Suwirjo berperan penting dalam menjaga kondisi Jakarta dengan menginstruksikan kepada semua pegawai pamong praja agar tetap tinggal di tempat menyelesaikan tugas seperti biasa. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer I 21 Juli 1947, kediaman Suwirjo di kawasan Menteng tidak luput dari serangan tentara NICA. Bahkan, Suwirjo akhirnya diculik oleh tentara NICA dan ditahan. Ketika pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda telah dilakukan, Suwirjo dibebaskan. Suwirjo melanjutkan jabatannya sebagai Wali kota Jakarta pada periode 1950~1 951 . Beberapa jabatan pemerintahan juga pernah dipegang oleh Suwirjo antara lain wakil pemerintah RI pada masa HIS dan wakil perdana menteri pada masa Kabinet Sukiman. Suwirjo wafat pada tanggal 27 Agustus 1967. 11. Muwardi Muwardi ikut berperan dalam upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari Barisan Pelopor. Tokoh yang Iahir di Pati, Jawa Tengah pada tahun 1907 ini merupakan seorang dokter lulusan School Tot Opleiding Voor Indische Artsen STOVIA. Pada tanggal 16 Agustus 1945 ia memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga lapangan Ikada sekarang lapangan Monas yang rencananya akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi. Setelah Indonesia merdeka, dr. Muwardi memprakarsai pembentukan Barisan Pelopor Istimewa untuk menjaga kediaman Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta. Setelah Indonesia merdeka, Muwardi menekuni profesinya sebagai dokter di Solo. Ia juga mendirikan sekolah kedokteran di Jebres, Solo bersama rekan-rekan dokter lainnya. Ketika PKI melakukan pemberontakan pada tahun 1948 di Madiun, Muwardi menjadi salah satu korban peristiwa tersebut. Muwardi meninggal pada tanggal 13 September 1948 setelah diculik dan dibunuh oknum PKI. 12. Frans Sumarto Mendur Frans Sumarto Mendur yang lebih dikenal sebagai Frans Mendur adalah putra Minahasa, Sulawesi Utara yang lahir pada tahun 1913. Sosok Frans Mendur memang bukan sosok yang berperan sentral dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, tanpa keberadaannya saat peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, banyak orang hanya akan membayangkan peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia tersebut dalam rangkaian kata-kata. Frans Mendur adalah tokoh yang berperan mengabadikan momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, Frans Mendur bersama kakaknya, Alex Mendur berhasil mengabadikan tiga momentum penting dalam rangkaian peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Foto-foto tersebut yaitu foto Soekarno membacakan naskah proklamasi, foto pengibaran bendera Merah Putih, dan foto suasana upacara dan para pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera. Beberapa saat setelah momentum tersebut ia abadikan, Frans Mendur ditangkap oleh tentara Jepang dan dipaksa untuk menyerahkan film dari momentum proklamasi tersebut. Akan tetapi, Frans Mendut telah mengubur negatif film dari ketiga momentum tersebut di dalam tanah sehingga Jepang tidak menemukar1 bukti saat menggeledahnya. Setelah lolos dari penggeledahan yang dilakukan tentara Jepang, Frans Mendut kemudian mencetak film tersebut dan memuinkasikannya. Pada saat Indonesia dinyatakan merdeka, kedua bersaudara ini merintis pendirian IPPHOS Indonesia Press Photo Service pada 2 Oktober 1946 di Jakarta. Melalui organisasi yang ia dirikan ini, Frans Mendur mengabadikan banyak momentum bersejarah bangsa Indonesia. Beberapa momentum yang ia abadikan antara lain pidato Bung Tomo dalam pertempuran Surabaya dan penyambutan Jenderal Soedirman dari perang gerilya oleh Soeharto. Frans Mendur tutup usia pada tanggal 24 April 1971. 13. Syahruddin Secara umum, kantor berita dan radio mempunyai peran penting dalam upaya penyebaran berita kemerdekaan Indonesia. Peran penting tersebut juga ditunjukkan oleh karyawan dari kantor berita Domei. Meskipun kantor tersebut merupakan milik Jepang, semangat pemuda untuk menyebarluaskan berita kemerdekaan Indonesia lebih besar daripada rasa takut mereka kepada Jepang. Semangat tersebut juga ditunjukkan bleh salah satu pemuda yang bernama Syahruddin. Syahruddin adalah karyawan kantor berita Domei. Ketika menerima salinan naskah proklamasi, Syahruddin dengan berani menyusup masuk ke dalam kantor berita Haso Kyoku. Naskah proklamasi kemudian diserahkan kepada Jusuf Ronodipuro untuk disiarkan ke luar negeri. 14. F. Wuz dan Jusuf Ronodipuro F. Wuz dan Jusuf Ronodipuro adalah tokoh yang berperan dalam proklamasi lebih tepanya berperan dalam penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. F. Wuz adalah seorang markonis yang dengan berani menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui kantor berita Domei. Siaran yang lakukan berakibat pada penyegelan kantor berita Domei. Adapun Jusuf Ronodipuro adalah wartawan di kantor berita Hoso Kanri Kyoku. Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada pukul Jusuf Ronodipuro belum mengetahuinya. Menjelang petang, ia baru menerima salinan naskah proklamasi dari seorang rekan wartawan dari kantor berita Domei. Selanjutnya, Jusuf Ronodipuro bersama rekannya Bachtiar Lubis menyiarkan berita kemerdekaan Indonesia tersebut melalui kantor berita Hoso Kanri Kyoku. Penyiaran berita tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena pada saat itu, kantor berita Hoso Kanri Kyoku dijaga ketat oleh tentara Jepang. Berkat jasanya, berita kemerdekaan Indonesia terdengar sampai ke luar negeri. Demikianlah sepotong kisah mengenai tokoh-tokoh yang berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokoh yang berperan dalam proklamasi tersebut telah mengajarkan kepada kita mengenal pentingnya sikap kerja sama, tanggung jawab, dan kerja keras saat mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai generasi penerus sudah selayaknya kita meneladan sikap-sikap yang mereka tunjukkan kepada kita. Selamat Belajar!!!
Sumatra Barat terdiri atas etnis Minangkabau, Melayu, dan Mentawai, Tanjung Kato, Panyali, Caniago, Sikumbang, dan Gusci. Masyarakat Sumatra Barat mengenal nama marga, gelar adat dan gelar kebangsawanan. Nama marga di masyarakat Sumatra Barat tidak sebanyak nama marga yang terdapat di Sumtra Utara. Fokus penelusuran nama marga, gelar adat dan gelar kebangsawanan pada etnis Minangkabau. Sistem pemerintahan Minangkabau disebut “Lareh” yang artinya sistem pemerintahan menurut adat. Di Minangkabau dikenal 2 dua kelarasan yakni 1 Kelarasan Koto Piliang; 2 Kelarasan Bodi Chaniago. Dalam adat Minangkabau pemerintahannya disebut otokratis, yaitu pemerintahan yang dikuasai oleh penguasa tunggal yang disebut panghulu Pucuak dibantu panghulu Andiko yang langsung memiliki gelar adat Datuk. Gelar Datuk dalam tradisi Minangkabau bergantung pada masing-masing suku, berdasarkan status sosial penyandang gelar tersebut. Gelar dapat digunakan untuk gelar adat juga gelar kebangsawanan. Gelar-gelar bangsawan di Minangkabau juga ada yang memakai Marah, seperti Marah Rusli, penulis novel Siti Nurbaya yang terkenal. Selain Gelar Marah, yang berlaku di kota Padang, di pesisir barat minangkabau, yaitu Pariaman juga memakai gelar yang berasal dari Aceh. Gelar itu ialah Syaid bagi keturunan Ulama sebagaimana yang dikenal dengan Siddi. Baginda bagi keturunan pembesar Aceh yang dikenal Bagindo. Sultan yang dikenal dengan Sutan. 22 Marga/fam Marga etnis Sumatra Barat menggunakan nama marga atau fam yang diambil dari nama tempat dan suku. Marga yang ada di Sumatra Barat anatar lain a. Chaniago b. Koto c. Malayu d. Piliang e. Sikumbang f. Tanjuang Gelar adat Sebutan gelar adat pada masyarakat Sumatra Barat disebut Datuk. Gelar ini disandang oleh orang yang menguasai pemerintahan atau wilayah tertentu. Gelar adat tersebut berbeda antara etnis yang satu dengan etnis lainnya. Untuk wilayah Bukittinggi gelar adat merupakan gelar yang diberikan kepada ninik mamak sesepuh dan sebutannya berbeda di setiap Jorong dusun. Gelar adat tersebut adalah a. Gelar di Jorong Tiga Boleh 1 Dt. Asa Dahulu 2 Dt. Balai Banyak 3 Dt. Bandaro 4 Dt. Baranam 5 Dt. Dunia Basa 6 Dt. Gamuak 7 Dt. Indo Kayo Labiah 8 Dt. Kapalo Koto 9 Dt. Maleka 10 Dt. Mangkudun 11 Dt. Mangulak Basa 12 Dt. Mantiko Basa 13 Dt. Manuhun 14 Dt. Nan Adua 15 Dt. Pado Batuah 16 Dt. Panduko Sati 17 Dt. Pangulu Sati 18 Dt. Putiah 19 Dt. Rajo Malenggang 20 Dt. Rajo Pangulu 21 Dt. Rajo Sakampuang 22 Dt. Rangkayo Basa 23 Dt. Rangkayo Tuo 24 Dt. Salubuak\ 25 Dt. Samiak 26 Dt. Sampono Tuo 27 Dt. Sari Basa 28 Dt. Sinaro 29 Dt. Sutan Nagari 23 b. Gelar di Jorong Koto Selatan 1 Dt. Aka Basa 2 Dt. Bagindo Basa 3 Dt. Bagindo Sati 4 Dt. Basa 5 Dt. Batuah 6 Dt. Ganuang Kayo 7 Dt. Garang 8 Dt. Gunuang Basa 9 Dt. Kampuang Basa Nan Hitam 10 Dt. Kampuang Basa Nan Putiah 11 Dt. Kampuang Dalam 12 Dt. Kuniang 13 Dt. Labuah Basa 14 Dt. Lakuang Basa 15 Dt. Mahukun 16 Dt. Majo Nan Basa 17 Dt. Malano Basa 18 Dt. Malenggang Basa 19 Dt. Mangkuto Kayo 20 Dt. Mata Indo 21 Dt. Nagari Basa 22 Dt. Nan Buliah 23 Dt. Nan Gamuak 24 Dt. Nan Rambai 25 Dt. Panduko Rajo 26 Dt. Pangulu Basa 27 Dt. Pucuak 28 Dt. Rajo Malano 29 Dt. Rajo Mulia 30 Dt. Rangkayo Basa 31 Dt. Rumah Panjang 32 Dt. Sampono Kayo 33 Dt. Sampono Marajo 34 Dt. Tanjung Basa 35 Dt. Tumamad 36 Dt. Tunaro 37 Dt. Tungkek Ameh 38 Dt. Yang Basa 39 Dt. Yang Panjang 40 Dt. Yang Pituan c. Gelar di Jorong Mandiangin 1 Dt. Asa Basa 2 Dt. Badia Gadang 3 Dt. Bagindo 4 Dt. Basa 5 Dt. Baudunga 6 Dt. Berbangso 7 Dt. Dado Outiah 8 Dt. Diateh 9 Dt. Dt. Palito Basa 10 Dt. Garang 11 Dt. Guno Basa 12 Dt. Gunuang kayo 13 Dt. Majo Basa 14 Dt. Majo Labiah 15 Dt. Malako Basa 16 Dt. Malako Kayo 24 17 Dt. Mangkudun 18 Dt. Mantari Basa 19 Dt. Nan Adia 20 Dt. Nan Aluih 21 Dt. Nan Basa 22 Dt. Nan Lawen 23 Dt. Nan Rambai 24 Dt. Nan Rayau 25 Dt. Nan Sabang 26 Dt. Palang Gagah 27 Dt. Pandak 28 Dt. Pandam Basa 29 Dt. Panduko Basa 30 Dt. Rajo 31 Dt. Rajo Basa 32 Dt. Rajo Dilangik 33 Dt. Rangkayo Basa 34 Dt. Sakampuang 35 Dt. Salubuak Agam 36 Dt. Sampono Basa 37 Dt. Sampono Labiah 38 Dt. Sampono Sati 39 Dt. Sati 40 Dt. Tacetak 41 Dt. Tahanan Basa 42 Dt. Tan Mangedan 43 Dt. Tinggi 44 Dt. Yang Sati 45 Tan Marajo d. Gelar di Jorong Guguak Panjang 1 Dt. Alam Basa 2 Dt. Baro Sati 3 Dt. Basudu 4 Dt. Batujuah 5 Dt. Bungsu 6 Dt. Dikoto 7 Dt. Kayo 8 Dt. Kuniang 9 Dt. Lelo Ameh 10 Dt. Lelo Rajo 11 Dt. Lenggang Basa 12 Dt. Majo Indo 13 Dt. Majo Sati 14 Dt. Maleko 15 Dt. Malenggang Basa 16 Dt. Mangkudun 17 Dt. Marajo 18 Dt. Maruhun 19 Dt. Mudo 20 Dt. Nagari Labiah 21 Dt. Pado Basa 22 Dt. Palimo Bajau 23 Dt. Panduko Kayo 24 Dt. Pangulu Basa 25 Dt. Rajo Endah 26 Dt. Rajo Mantari 27 Dt. Rangkayo Batuah 28 Dt. Saidi 25 29 Dt. Saribu 30 Dt. Subaliak Langik 31 Dt. Tan Magindo 32 Dt. Tanah Basa 33 Dt. Tumangguang 34 Dt. Tumbaliak 35 Dt. Tunaro e. Gelar di Jorong Aur Birugo 1 Dt. Bagindo Kali 2 Dt. Basa 3 Dt. Basa Nan Balimo 4 Dt. Batudung Putih 5 Dt. Gunuang Basa 6 Dt. Kampuang Dalam 7 Dt. Majo Basa 8 Dt. Majo Nan Sati 9 Dt. Malayau Basa 10 Dt. Mangkuto Basa 11 Dt. Maninjun 12 Dt. Nan Angek 13 Dt. Pado Api 14 Dt. Palimo 15 Dt. Palimo 16 Dt. Panduko Alam 17 Dt. Panduko Majo Lelo 18 Dt. Panduko Sati 19 Dt. Pangeran 20 Dt. Panjang Lidah 21 Dt. Raja 22 Dt. Rajo Api 23 Dt. Rajo Malintang 24 Dt. Rajo Nan Basa 25 Dt. Rangkayo Basa 26 Dt. Rangkayo Labiah 27 Dt. Sanguik Ameh 28 Dt. Sarumpun Basa 29 Dt. Simajo Nan Panjang 30 Dt. Tan Ameh 31 Dt. Tan Kabasan 32 Dt. Tan Kabasan 33 Dt. Tan Mangedan 34 Dt. Tumanggung Nan Putiah f. Gelar adat kehormatan masyarakat di Kota Padang 1 Puan Puti Ambun Suri Ibu Ani Yudhoyono 2 Puti Reno Ameh Istrinya Gusti Muhammad Hatta 3 Puti Reno Anggun Suri Hj. Nanik Kadaryani 4 Puti Reno Nilam Megawati Soekarnoputri 5 Sutan Sampono Batuah Gusti Muhammad Hatta - Menristek 6 Tungke Ameh Ben Kasyafani 26 7 Yang Dipatuan Maharajo Alam Sati Sri Sultan HB 12 8 Yang Dipertuan Maharajo Pamuncak Sari Alam Susilo Bambang Yudhoyono 9 Yang Dipatuan Rajo Maulana Pagar Alam Syamsul Ma'arif - BNPB 10 Yang Dipertuan Temenggung Diraja Haroen Al Rasyid Zain Datuak Sinaro Gubernur Sumbar dan Emil Salim mantan Menteri Lingkungan Hidup Gelar kebangsawanan Gelar kebangsawana diberikan kepada penguasa atau raja pada masa lampau. Gelar kebangsawan yang ada pada masyarakat Sumatra Barat adalah 1 Datuk Ali Basa 2 Datuk Ampiang Basi 3 Datuk Ampo Majolelo 4 Datuk Bagindo Basa 5 Datuk Bagindo Kayo 6 Datuk Bagindo Marajo 7 Datuk Bagindo Sati 8 Datuk Bagindo Sutan 9 Datuk Bandaro 10 Datuk Bandaro 11 Datuk Bandaro Hitam 12 Datuk Bandaro Kampuang 13 Datuk Bandaro Kayo 14 Datuk Bandaro Panai 15 Datuk Bandaro Panjang 16 Datuk Bandaro Putih 17 Datuk Bandaro Rajo 18 Datuk Bandaro Rajo Lelo 19 Datuk Bandaro Sati 20 Datuk Bandaron Putiah 21 Datuk Baruak Pajaguang 22 Datuk Basa 23 Datuk Batuah 24 Datuk Biawak Kasek 25 Datuk Bijo 26 Datuk Bijo Sati Dirajo 27 Datuk Gadang 28 Datuk Gadang Basa Batuah 29 Datuk Gamuak 30 Datuk Gamuyang 31 Datuk Garagasi 32 Datuk Gindo Nan Itam 33 Datuk Harimau Campo 34 Datuk Harimau Lapa 35 Datuk Indo Alam 36 Datuk Indo Jati 37 Datuk Indo Kayo 38 Datuk Indomo 39 Datuk Jang Kayo 40 Datuk Kali Bandaro 41 Datuk Katumanggunan 42 Datuk Kayo 43 Datuk Lenggang Saripado 44 Datuk Lenggang Sutan 27 45 Datuk Lubuak Kayo 46 Datuk Maharajo Nan Sati 47 Datuk Majo Basa 48 Datuk Majo Indo 49 Datuk Majolelo 50 Datuk Makhudum 51 Datuk Malakewi 52 Datuk Malako 53 Datuk Malakomo/Pakomo 54 Datuk Malelo 55 Datuk Malintang Bumi 56 Datuk Mandaro Kayo 57 Datuk Mandaro Mudo 58 Datuk Mandaro Sati 59 Datuk Mangguang 60 Datuk Mangkudun Sati 61 Datuk Mangkuto 62 Datuk Mangkuto Kayo 63 Datuk Mangkuto Marajo 64 Datuk Mangkuto Sati 65 Datuk Manti Tuo 66 Datuk Marajo nan Bamego- mego 67 Datuk Maruhum Basa 68 Datuk Maruntun Manau 69 Datuk Muajo 70 Datuk Muaro Panjang 71 Datuk Mudo Nan Kuniang 72 Datuk Muncak 73 Datuk Nangkodoh Rajo 74 Datuk Paduko Alam 75 Datuk Palajang Bukuk 76 Datuk Palawan 77 Datuk Pamuncak 78 Datuk Pamuncak Alam 79 Datuk Panduko Kayo 80 Datuk Panghulu Bangso 81 Datuk Panghulu Dirajo 82 Datuk Panghulu Sati 83 Datuk Parpatih nan Sabatang 84 Datuk Penghulu Bandaro Guno 85 Datuk Penghulu Basa 86 Datuk Penghulu Bungsu 87 Datuk Pono Kayo 88 Datuk Rajo Adie 89 Datuk Rajo Alam 90 Datuk Rajo Ameh 91 Datuk Rajo Angso 92 Datuk Rajo Bagak 93 Datuk Rajo Bandaro 94 Datuk Rajo Batuah 95 Datuk Rajo Dilie 96 Datuk Rajo Endah 97 Datuk Rajo Gamuak 98 Datuk Rajo Gamuyang 99 Datuk Rajo Indo 100 Datuk Rajo Indo Alam 101 Datuk Rajo Indo Piliang 102 Datuk Rajo Intan 103 Datuk Rajo Kuaso 104 Datuk Rajo Langik 105 Datuk Rajo Lelo 28 106 Datuk Rajo Lelo Penghulu 107 Datuk Rajo Lenggang 108 Datuk Rajo Magek 109 Datuk Rajo Malano 110 Datuk Rajo Mangkuto 111 Datuk Rajo Mansue 112 Datuk Rajo Mole 113 Datuk Rajo Nan Gadang 114 Datuk Rajo Nan Putiah 115 Datuk Rajo Nan Sati 116 Datuk Rajo Panghulu 117 Datuk Rajo Pituan 118 Datuk Rajo Sampono 119 Datuk Rajo Sulaiman 120 Datuk Rangkayo Basa 121 Datuk Rangkayo Batuah 122 Datuk Rangkayo Matajo 123 Datuk Rangkayo Mulie 124 Datuk Rangkayo Sati 125 Datuk Sakalok Dunia 126 Datuk Salah Cangkuang 127 Datuk Sampono Bumi 128 Datuk Sangguno 129 Datuk Sangguno Dirajo 130 Datuk Sari Basa 131 Datuk Sari Marajo 132 Datuk Saripado 133 Datuk Sati 134 Datuk Siamang Putiah 135 Datuk Sinaro Nan Kuning 136 Datuk Sinaro Sati 137 Datuk Singo Labiah 138 Datuk Sori Marajo 139 Datuk Sridano/Saridano 140 Datuk Suri Dirajo 141 Datuk Sutan Panindih 142 Datuk Talanai Sati 143 Datuk Tamani 144 Datuk Tan Bagindo 145 Datuk Tan Bandaro 146 Datuk Tan Batuah 147 Datuk Tan Dilangit 148 Datuk Tan Kabasaran 149 Datuk Tan Majo Lelo 150 Datuk Tan Malin 151 Datuk Tan Marajo 152 Datuk Tan Talangik 153 Datuk Tanali 154 Datuk Tanaro 155 Datuk Tantejo Garahan 156 Datuk Tianso 29 Gelar selain Datuk Pada masyarakat Sumatra Barat juga mengenal gelar lain selain Datuk yaitu a. Malin b. Manti Marah c. Pandito d. Puti e. Rajo f. Sutan g. Sutan Balun h. Sutan Cadiak i. Sutan Marajo Basa j. Sutan Paduko Basa k. Sutan Pandak l. Tan m. Tuangku
“ Wassalam Ujang Sutan Rajo Angek. Jl. Sari Kelana No. 1 Jakarta Tenggara, 09921 " Demikianlah si Ujang, bergelar Sutan Rajo Angek mencantumkan signaturenya pada tiap emailnya. Setelah menikah, si Ujang dengan bangganya memperkenalkan dirinya dengan namanya yang baru. Ujang Sutan Rajo Angek. Ada tambahan gelar “Sutan” di belakang namanya, Sutan Rajo Angek. Temannya yang penasaran bertanya “Hei Ujang, namamu sudah berganti ya, tambah panjang saja namamu, tidak puas dengan namamu yang cuma satu kata itu ?”. “Ah gelar ini tidak masuk KTP kok, cuma gelar panggilanku saja dan tanda aku sudah menikah “, ujar si Ujang. Gelar Sutan ini apa sih ? Si Ujang benar adanya. Semenjak menikah, namanya Ujang tidak berubah di KTP nya, tetapi cuma ditambahi gelar Sutan Rajo Angek dalam penyebutan namanya. Ini adalah kebiasaan/budaya Minangkabau yang memberikan gelar kehormatan kepada pemuda yang sudah menikah. Umumnya, pemberian gelar ini dilakukan untuk pemuda Minang yang sudah menikah atau pemuda dari suku lain yang menikah dengan perempuan Minang. Gelar ini bukanlah gelar kebangsawanan seperti gelar pangeran di Jawa ataupun Sunda. Gelar ini semata-mata adalah gelar kehormatan biasa. Gelar ini mengisyaratkan penghargaan terhadap suami/pemuda yang telah menikah tersebut. Gelar ini biasanya dimulai dengan kata Sutan, Katik, Malin, Pakiah, Marah, Bagindo, Sidi, dll. Tidak peduli apakah dia adalah anak pengusaha kaya, keturunan kyai ataupun anak orang miskin ataupun orang biasa-biasa saja, dia akan mendapatkan gelar tersebut. Gelar ini adalah panggilan kehormatan baginya, yang mengisyaratkan bahwa ia dihormati dan dianggap telah dewasa terutama setelah ia menikah. Setelah menikah ia akan dipanggil dengan gelar kehormatannya itu di hadapan banyak orang. Dengan gelar itu berarti dia dianggap penting di keluarga dan di masyarakatnya, sudah pantas dan bisa dibawa berunding dan dimintakan pendapatnya ketika ada persoalan yang menyangkut keluarga dan masyarakatnya. Secara umum dan berdasarkan pengalaman penulis, gelar ini didapat dengan prinsip matrilineal, atau menuruti garis ibu. Yang artinya, gelar itu diambilkan dari gelar kaum laki laki dari pihak ibunya. Dalam hal ini bisa berasal dari gelar paman, kakek, atau sepupu laki-laki dari pihak keluarga ibunya. Ataupun gelar ini bisa berasal dari gelar yang spesifik dipunyai oleh suku/kaum ibunya. Apa gelar ini selalu dari pihak Ibu ? Tidak semua gelar ini berasal dari pihak keluarga ibu. Di daerah Padang dan Pariaman, gelar ini diambil dari gelar bapaknya bukan dari gelar suku ibunya, seperti gelar Sidi atau Bagindo. Ada juga gelar yang didapat dengan mengkombinasikan gelar dari pihak ibunya dan gelar dari pihak bapaknya. Sampai sekarang penulis juga tidak tahu aturan baku untuk pemakaian gelar seperti ini, apakah menurutkan garis ibu atau garis bapak. Sepertinya tergantung sekali dengan adat di nagari tersebut dan kesepakatan keluarga/kaum dari pihak mempelai laki-laki. Sepertinya inilah yang disebut “Adat Selingkar Nagari, Pusaka Selingkar Kaum”. Tiap nagari atau daerah di Minangkabau mempunyai adat yang bisa saja berlainan untuk kasus ini. Bahkan dari bacaan penulis, gelar ini juga bisa didapatkan semenjak kecil, jadi bukan dikarenakan sebab pernikahan. Bukan hanya laki-laki Minangkabau yang mendapatkan gelar ini. Laki-laki yang menikahi wanita Minangkabau pun mendapatkan gelar ini. Ini juga merupakan penghormatan terhadap orang bersuku selain Minang yang menikahi perempuan Minang. Dalam budaya Minangkabau, ada istilah “Ketek banamo, Gadang Bagala”, yang artinya “Kecil punya nama, kalau sudah Dewasa punya Gelar”. Artinya kalau seseorang sudah menikah, maka ia akan dipanggil dengan Gelarnya di depan umum. Misalnya seseorang bergelar Sutan Bagindo, maka ketika dia berkumpul di keluarga istrinya, dia akan dipanggil “Sutan” atau “Bagindo” atau “Sutan Bagindo”. Begitu juga kalau dia bertemu dengan orang kampung tempat istrinya berada, dia lebih dikenal dengan gelarnya daripada namanya.
Foto milik pribadi Tan MalakaTan Malaka, merupakan seorang pahlawan yang terlupakan. Namanya sulit sekali ditemukan dalam buku pelajaran, saat bersekolah. Pemikirannya terhadap kemerdekaan dan ketidakadilan kolonialisme haruslah diacungi jempol. Pemikiran-pemikirannya menjadikan Tan Malaka sebagai buronan Belanda dan menghabiskan separuh hidupnya dengan bersembunyi serta menggunakan nama samaran agar tidak dan Perjuangan Tan MalakaTan Malaka memiliki nama asli Sutan Ibrahim dengan gelar Datuk Sutan Malaka yang lahir pada tanggal 2 Juni 1897 di Suliki, Sumatra barat. Merupakan seseorang yang berasal dari keluarga bangsawan, di mana Tan diberi keleluasaan untuk sekolah di Kweekschool Sekolah Guru, Bukittinggi. Kemudian Tan melanjutkan sekolahnya di negeri Belanda yaitu Rijskweekschool, hal tersebut didukung karena kecerdasan yang dimiliki oleh Tan malaka dan adanya bantuan dana yang diberikan oleh orang-orang yang berada di kampung halamannya serta GH Horensma guru yang membantu dan melihat potensi dimiliki Tan menyelesaikan studinya di Belanda, Tan kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar. Namun, kemudian Tan memilih untuk merantau ke Semarang dan bergabung dengan serikat Islam cabang Semarang. Tan Malaka menjalani hidupnya secara nomad dari satu negara ke negara lainnya, salah satunya ialah Rusia yang menguat menjadi Uni Soviet. Di sana Tan menjadi anggota dari Comintern yaitu Komunis Internasional. Setelah perang dunia II, tan menggunakan berbagai macam nama penyamaran, seperti Ilyas Husein, Ossorio, Ong Soong Lee, Alisio Rivera, dan Hasan akhir masa pendudukan Jepang di wilayah Indonesia, Tan menyamar sebagai seorang mandor di daerah Banten yang kemudian menghabiskan waktunya untuk menulis sebuah buku yang berjudul MadilogPada zaman revolusi, Tan dianggap sebagai otak dari adanya peristiwa 3 Juli 1946. Tan Malaka menentang hasil perundingan antara Republik Indonesia dengan Belanda, Tan menuntut kemerdekaan 100 persen dari para penjajah. Tan menulis sebuah buku yang berjudul Gerpolek, di dalam buku tersebut terdapat konsep-konsep perlawanan menurut Tan Malaka yang dapat dilakukan untuk melawan Imperialisme. Gerpolek ditulis ketika meringkuk di dalam penjara tanpa adanya dukungan informasi kepustakaan apa perjuangan tan Malaka memiliki empat pesan perjuangan, yaituPerjuangan seorang praksis, yang di mana pemikirannya terdapat dalam Madilog yang mencari solusi dalam lingkungan atau wilayah bangsanya budaya Minangkabau yang tercermin dalam cara berpikir dialektis yang berproses sesuai dengan tempat dan Tan MalakaTan Malaka ingin berupaya mewujudkan pendidikan yang mendahulukan kearifan lokal, agar masyarakat dapat memperoleh bekal untuk kehidupannya kelak. Pendidikan praksis Tan Malaka diwujudkannya di sekolah Sarekat Islam SIPemikiran pembangunan bangsa melalui pendidikan sudah dipikirkan dan dilaksanakan oleh Tan dalam tujuan programnya. pendidikan yang harus dibangun, yakniWajib belajar bagi seluruh penduduk Indonesia secara cuma-cuma sampai umur 17 tahun dengan bahasa Indonesia sebagai pengantar dan bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang sistem pelajaran sekarang serta menyusun sistem yang langsung berdasarkan atas kepentingan-kepentingan negara Indonesia yang sudah ada dan akan serta memperbanyak jumlah sekolah kejuruan, pertanian, perdagangan, dsb. Memperbanyak dan memperbaiki sekola bagi para pegawai tinggi di lapangan teknik dan yang dimiliki oleh Tan malaka, dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satu paham yang menempel dalam diri Tan ialah Marxisme, yaitu sebuah paham yang mengikuti pemikiran Karl Marx yakni Materialisme, Dialektika, dan Historis. Namun, karena adanya perbedaan kondisi sosial dan geografi antara Indonesia dan eropa Tan memikirkan nasib bangsanya yang masih terjajah oleh kolonialisme. Tan, menuangkan pemikiran-pemikirannya di dalam buku yang berjudul Madilog. Pandangannya terhadap materialisme ialah cara berpikir yang tepat berdasarkan materi yang terwujud dalam berbagai bentuk. Kemudian, pemikiran mengenai Dialektika adalah pertentangan, pergerakan yang menuju perkembangan cara berpikir. Logika ialah ilmu berpikir yang perlu pertimbangan. Penjelasan tentang cara pikir sebagai pemikiran dalam memahami berbagai permasalahan politik yang ada pada masa itu dalam induksi, deduksi, dan verifikasi, sebagai pekerjaan sumbu logika. Sehingga materialisme adalah metode awalnya, dialektika adalah kritisme dari materialisme dan penutupnya ialah bukunya yang berjudul dari penjara ke penjara, Tan menjelaskan Syarat untuk menjadi suatu negara merdeka harus jelas. Ilmu kenegaraan yang resmi mendefinisikan negara merdeka hanya menggunakan tiga syarat saja, yaitu tentang daerah penduduk dan juga pemerintah. Tan merasa perlunya ada koreksi dan juga tambahan karena negara modern tidak dapat hidup dengan aman apabila hanya mengandalkan tiga syarat itu saja. Sekurang-kurangnya haruslah ada tiga syarat lagi, yakni perindustrian, bahan logam mentah dan letak yang Tan Malaka inilah yang membuatnya memiliki julukan sebagai Bapak Republik Indonesia karena beliau merupakan orang pertama yang menulis konsep mengenai Republik Indonesia. Julukan tersebut diberikan oleh Muhammad yamin. Bahkan, Soekarno sendiri mengaggumi pemikiran politik yang dimiliki oleh Tan seseorang yang juga berperan dalam kemerdekaan Indonesia, sepatutnya para pelajar mulai mengenal sosok Tan Malaka. Pemikiran dan perjuangan sangat cemerlang. Kita dapat mengenal sosoknya melalui beberapa karyanya, seperti buku Madilog, gerpolek, Aksi Massa, tanggal 21 Februari 1949 Tan Malaka terbunuh oleh pasukan dari batalion Sikatan, Divisi Brawijaya di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. Perintah untuk membunuh Tan Malaka diberikan oleh Letda. Soekotjo, yang dianggap sebagai "orang kanan sekali yang beropini Tan Malaka harus dihabisi" oleh seorang sejarawan yang bernama Harry Poeze. Setelah terjadi pembunuhan terhadap TanMalaka, Hatta memberhentikan Sungkono sebagai Panglima Divisi Jawa Timur serta Surachmat yang menjadi Komandan Brigade karena kesembronoannya dalam mengatasi kelompok Tan jasad Tan dikubur masih menjadi misteri, namun menurut Poeze yang merupakan seorang peneliti sejarah hidup Tan Malaka meyakini bahwa jasad Tan tidak dibuang ke sungai Brantas, sebagaimna dituliskan oleh sejarah, tetapi dikuburkan di halaman markas militer di dekat peristiwa penembakan akhir hidup dari Tan Malaka, seorang pahlawan yang harus mati di tangan militer dari bangsanya sendiri, bangsa yang selama ini ia bela puluhan tahun. padahal, pada saat itu Tan sedang menjadi pemimpin barisan dari gerakan gerilyawan melawan para penjajag demi mencapai kemerdekaan yang 100% bagi bangsanya. Boleh jadi, sejarah memang telah menghendakinya untuk mati sebagai tumbal dari Masykur Arif. 2018. Tan Malaka Sebuah Biografi Lengkap. Yogyakarta Laksana.
gelar sutan di bukittinggi