AlBaqarah:213 - Pada mulanya manusia itu ialah umat yang satu (menurut ugama Allah yang satu, tetapi setelah mereka berselisihan), maka Allah mengutuskan Nabi-nabi sebagai pemberi khabar gembira (kepada orang-orang yang beriman dengan balasan Syurga, dan pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar dengan balasan azab neraka); dan Allah menurunkan
TadabburAl Qur'an : Tadabbur Surah Al FatihahUstadz Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc., M.A*Websitehttp://ummat.tv*Kumpulan Video Ummat TV : https://www.youtube.
AlA'raf Al Ahzab Al An'am Al Anbiyaa Al Anfal Al Ankabut Al Baqarah Al Fatihah Al Furqan Al Hajj Ali Imran Al Kahfi Al Maa’idah Al Mu'minuun Al Qashash An Naml An Nisaa' An Nuur Ar Ra'd Ar Ruum As Sajdah Asy Syu'araa' At Taubah Fathir Hud Juz 1 Juz 2 Juz 3 Juz 4 Juz 5 Juz 6 Juz 16 Juz 17 Juz 18 Juz 19 Juz 20 Juz 21 Juz 22 Luqman Maryam Saba
Tadabbur001 Surah Al Fatiha - Free download as PDF File (.pdf) or read online for free. The Tadabbur-i-Qur’an is a monumental commentary of the Qur’an written by Amin Ahsan Islahi (d: 1997). Extending over nine volumes of six thousand pages, this masterful work was completed in a span of twenty two years. It is a unique commentary by a person no less unique.
Ayatpertama surah Al-Fatihah ialah ‘Basmallah’ (Bismillahirrahmanirrahim).Ayat pertama ini merujuk kepada Asma Allah SWT yang maha agung (al-ismul a’zham) iaitu Allah.Mendahulukan sesuatu itu dengan membaca Basmallah setiap kali memulakan atau melakukan sesuatu urusan, pekerjaan atau perbuatan sebenarnya memberi kebaikan dan
JNWI. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma dia berkata Tatkala Jibril duduk di sisi Rasulullah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba dia mendengar suara retak dari arah atas lalu dia mengangkat kepalanya, seraya berkata هَذَا بَابٌ مِنْ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الْأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ “Ini adalah suara salah satu pintu di langit yang baru dibuka pada hari ini, belum pernah pintu ini dibuka kecuali hari ini. Maka turunlah darinya seorang malaikat,” lalu Jibril berkata“Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini”. lalu malaikat itu mengucapkan salam dan berkata“Bergembiralah kamu wahai Muhammad dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu dan tidak pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab Surah Al-Fatihah dan beberapa ayat penutup surah Al-Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf pun darinya kecuali pasti engkau akan mendapatkannya”. HR. Muslim 1/554 dan An-Nasa`i 2/138. Dari hadist diatas menujukkan bahwasanya langit memiliki pintu dimana setiap pintu ada malaikat yang menjaganya, kemudian turunnya malaikat ke dunia adalah atas perintah Allah Subhanahu wata’ala. وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا “Dan tidaklah kami Jibril turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”. QS. Maryam 64. Kata tidaklah engkau membacanya wahai Muhammad melainkan setiap huruf engkau akan diberikan, maksudnya adalah pada 2 surah tersebut didalamnya terdapat doa yang tidaklah kita membacanya melainkan Allah akan mengabulkannya dan memberikan kepada kita. Allah subhanahu wata’ala membagi surah Al-Fatihah menjadi 2 dimana sebagiannya untuk Allah dan sebagian yang lain untuk hambanya, hal ini disebutkan dalam hadist Qudsi عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ . قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ . قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ». Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda“Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an yaitu Al Fatihah, maka shalatnya kurang tidak sah beliau mengulanginya tiga kali, maksudnya tidak sempurna”. Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata“Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam bersabda“Allah Ta’ala berfirman Aku membagi shalat maksudnya Al Fatihah menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil alamin segala puji hanya milik Allah’, Allah Ta’ala berfirman Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ar rahmanir rahiim Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah Ta’ala berfirman Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan maaliki yaumiddiin Yang Menguasai hari pembalasan’, Allah berfirman Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’, Allah berfirman Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta alaihim, ghoiril magdhuubi alaihim wa laaddhoollin’ tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat, Allah berfirman Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta”. HR. Muslim no. 395. Juga dalam hadits di atas disebut pula bahwa Al Fatihah disebut pula Ummul Qur’an. Surah Al-Fatihah bisa juga disebut dengan Ash Shalah sebagaimana Ulama kita mengatakan diantara nama dari Surah Al-Fatihah adalah Ash Shalah. Jadi ketika kita membaca surah Al-Fatihah hadirkan dalam hati kita karena pada hakekatnya kita bermunajah dan berdiolog dengan Allah Subhanahu wata’ala. Ketika kita membaca إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’, Allah berfirman Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Ketika membaca ayat tersebut gantungkan segala harapan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, keluhkan semua masalah kita kepada Allah, inilah menjadi rahasia mengapa sholat menjadi penyejuk mata bagi orang yang beriman, Allah berfirman إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا إِلَّا الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya“. QS. Al- Ma’arij 19-23. Dalam ayat diatas Allah mengecualikan keburukan tersebut kepada orang – orang yang sholat dan rajin mengerjakan sholat adapun yang tidak sholat maka mereka memiliki sifat kikir dan berkeluh kesah, oleh karenanya perbanyak mengerjakan sholat karena ketika kita sholat kita membaca surah Al-Fatihah yang didalamnya terdapat doa yang dikabulkan oleh Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan”Iyyaka Na’budu” itu menolak riya dan Wa Iyyaka Nasta’in itu menolak kesombongan yang ada pada diri kita“. Kita beribadah semata – mata hanya kepda Allah Subhanahu wata’ala dan kita menjaga diri kita dari segala bentuk kesyirikan baik syirik besar atau syirik kecil yang bisa menggerogoti pahala dan amalan yang kita kerjakan dan jika kita mempersekutukan Allah dalam ibadah maka dihapuskan seluruh amalan yang kita kerjakan, Allah berfirman وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi yang sebelummu “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. QS. Az Zumar 65. Jangan bergantung semata – mata kepada kekuatan kita , harta dan kekeyaan yang kita miliki. Al-Qur’an penuh dengan kisah dan sejarah bagaimana orang yang bangga dengan kekuasaan dan hartanya seperti Fir’aun yang memiliki kekuasaan namun dihancurkan oleh Allah Subahnahu wata’ala begitupula harun yang ketika ditanya”Dari mana engkau mendapatkan kekayaan seperti ini”, ia menjawab”Saya dapatkan dari kecerdasanku“, sehingga Allah menenggelamkannya bersama dengan kekayaannya dibawah dasar bumi. Kita telah mendapatkan sejarah mereka dan menjadi saksi atas mereka agar kita menjauhi keburukan mereka. Bertawakkal lah hanya kepada Allah karena para salaf ketika tali sandalnya putus sebelum mereka mengadu kepada manusia mereka terlebih dahulu mengadu kepada Allah Subhanahu wata’ala, biasakan diri kita untuk bergantung kepada Allah Subhanahu wata’ala. Jika ia mengucapkan ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta alaihim, ghoiril magdhuubi alaihim wa laaddhoollin’ tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat, Allah berfirman Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta”. Kita meminta hidayah dan petunjuk dari Allah dan yang lebih penting dari itu adalah bagaimana Allah Subhanahu wata’ala memberikan kita petunjuk untuk mengikuti hidayah tersebut . Ada doa yang dianjurkan untuk dibaca agar kita senantiasa diberi hidayah dan petunjuk oleh Allah Subhanahu wata’ala اللهم أرنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه “Ya Allah, tampakkanlah kepada kami yang benar itu sebuah kebenaran dan berikan rizki kepada kami untuk mengikutinya. Tampakkanlah kepada kami yang batil itu sebuah kebatilan dan berikan rizki kepada kami agar menjauhinya“. Banyak orang yang mengatakan saya tahu bahwa itu adalah sholat wajib yang diwajibkan oleh Allah, saya tahu bahwa menutup aurat itu wajib akan tetapi saya belum mampu mengerjakannya, mengetahui bahwasanya ini haram namun sulit meninggalkannya maka cara yang terbaik adalah senantiasalah minta petunjuk dan hidayah kepada Allah Subhanahu wata’ala. ghoiril magdhuubi bukan golongan yang engkau murkai Yang dimaksudkan adalah orang – orang yahudi karena mereka mengetahui yang haq benar namun tidak mengikutinya. Dijelaskan dalam Surah An-Nisa Allah Subhanahu wata’ala berfirman وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya“. QS. An-Nisa 69. Wa laaddhoollin dan bukan jalan orang yang sesat Yang dimaksudakan adalah orang – orang nasrani yang beribadah dengan kejahilan Kebodohan, Berkata Sofyan At Tsaury Rahimahullah “Barangsiapa yang rusak dari kalangan para ulama dia tidak mengamalkan ilmunya maka ada kemiripan dengan orang yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ruhban orang – ornag yang semangat ibadah akan tetapi tidak didasari dengan ilmu maka ada kemiripan dengan orang – orang nasrani“. Wallahu A’lam Bish Showaab Oleh Ustadz Harman Tajang, Lc., Hafidzahullahu Ta’ala Direktur Markaz Imam Malik Kamis, 04 Rabiul Awal 1438 H Fanspage Harman Tajang Kunjungi Media MIMFans page Website Youtube Telegram Instagram ID LINE
Tadabur Surat Al Fatihah ayat ke-6 ق ال تعاىل { ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ } الفاحتة [سورة 6 ]. Artinya "Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus" Surat Al Fatihah 6 Surat Al Fatihah adalah surat yang agung, surat yang membuat sholat seseorang tidak sah kecuali dengan membacanya, surat yang selalu kita ulang minimal 17 kali didalam sholat-sholat kita dalam sehari semalam… Surat yang didalamnya terkandung doa yang sangat agung, doa kepada pencipta langit dan bumi, doa kepada penguasa dan pembolak balik hati, doa kepada Dzat yang memberi hidayah untuk kebahagian yang hakiki, doa itu terdapat di ayat ke-6 dari surat ini … { ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ } Yang Artinya "Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus" Surat Al Fatihah 6 Inilah doa pengakuan dari seorang hamba akan keMahakuasaan Tuhannya dalam memberi hidayah, sebuah doa yang menunjukkan lemah dan tidak berdayanya manusia dihadapan penciptanya, sebuah doa yang bisa mengantarkan hamba kepada pintu rahmat dan ampunanNya. { ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ } Dengan doa ini seorang hamba menjadi tahu bahwa hanya Allah-lah tempat memohon, karena Dia-lah satu-satunya pemberi hidayah kepada jalan yang lurus, pemberi petunjuk kepada keselamatan di dunia dan akherat, yang dapat membebaskan hamba dari segala kesedihan dan kesempitan dunia yang fana ini. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Tadabbur Ayat Tadabur Surat Al Fatihah ayat ke-6 قلا اعت ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ6Artinya “Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus” Surat Al Fatihah 6 Surat Al Fatihah adalah surat yang agung, surat yang membuat sholat seseorang tidak sah kecuali dengan membacanya, surat yang selalu kita ulang minimal 17 kali didalam sholat-sholat kita dalam sehari semalam… Surat yang didalamnya terkandung doa yang sangat agung, doa kepada pencipta langit dan bumi, doa kepada penguasa dan pembolak balik hati, doa kepada Dzat yang memberi hidayah untuk kebahagian yang hakiki, doa itu terdapat di ayat ke-6 dari surat ini … ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ Yang Artinya “Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus” Surat Al Fatihah 6 Inilah doa pengakuan dari seorang hamba akan keMahakuasaan Tuhannya dalam memberi hidayah, sebuah doa yang menunjukkan lemah dan tidak berdayanya manusia dihadapan penciptanya, sebuah doa yang bisa mengantarkan hamba kepada pintu rahmat dan ampunanNya. ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ Dengan doa ini seorang hamba menjadi tahu bahwa hanya Allah-lah tempat memohon, karena Dia-lah satu-satunya pemberi hidayah kepada jalan yang lurus, pemberi petunjuk kepada keselamatan di dunia dan akherat, yang dapat membebaskan hamba dari segala kesedihan dan kesempitan dunia yang fana ini. ﱘ ﱙ Adalah jalan yang lurus, jalan yang terang dan jelas, jalan yang mengantarkan kepada kepada Allah subhanahu wa ta’ala, jalan yang menuntun kepada surgaNya yang penuh dengan kenikmatan abadi. Yaitu jalannya para Nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan para Sholihin. ﱛ ﱜ ﱝ ﱞ 7Jalannya orang-orang yang telah engkau beri mereka kenikmatan. Dan bukan jalannya ﱟ ﱠ ﱡ Bukan jalan orang yang engkau murkai, bukan jalannya orang yang mengetahui kebenaran lalu meninggalkannya, seperti layaknya yahudi dan semisalnya. Dan bukan pula jalannya ﱢ ﱣ ﱤ 2 Tadabbur Ayat Orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang yang beramal dalam kebodohan, beramal tanpa ilmu dan petunjuk, seperti layaknya kaum Nasrani dan yang semisal mereka. ﱗ ﱘ ﱙ ﱚAdalah sebuah doa yang menjadikan kita sebagaiumat yang disebutkan dalam sebuah ayat ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ 143Umat yang pertengahan dalam segala hal. Doa yang menjadikan kita berhak mendapat predikat ﱎ ﱏ ﱐ ﱑ ﱒ ... ﱧ110Sebaik-baik umat yang dikeluarkan Di muka bumi ini. Umat yang mau mengakui akan kebodohan dirinya, lalu mendorongnya untuk selalu belajar dan memperbaiki diri untuk dapat menjadi lebih baik. Sehingga dengannya ia bisa beramal dengan ilmu dan bashirah yang diambil dari Al Qur’an al Karim dan petunjuk Nabi Al amin sholallahu alaihi wasallam. ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ Itulah doa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala ﱈ ﱉ ﱊTuhan semesta alam. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita dan menuntun kita kepada jalan yang lurus ﱘ ﱙ Buraidah-Qassim-KSA 16 Rabiul Awwal 1442H/2 November 2020M Agus Rinaldi Afrizal, Lc ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Surah ini dinamakan dengan Al-Fatihah karena pembuka dari Al-Qu’ran yang terdiri dari 114 surah. Selain dari Al-Fatihah, surah ini juga dinamakan dengan Ummul Kitab, yakni Induk Kitab. Penamaan tersebut mengandung arti yang sangat dalam, karena dalam surah ini tercantum pokok-pokok ajaran Islam, yakni Akidah tauhid atau keimanan, dan; Syari’ah sistem hidup Islam. Tauhid berarti mengesakan Allah dalam tiga hal pokok Maksudnya ialah mengesakan Allah pada penciptaan dan perbuatan-Nya, seperti yang tercantum pada ayat 2. Uluhiyyah atau disebut juga dengan ubudiyyah. Maksudnya, ialah mengesakan Allah dalam ibadah dan sistem hidup, seperti yang tercantum pada ayat 5. Al-Asma’ dan As-Sifat. Maksudnya mentauhidkan Allah pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya, seperti yang tercantum pada ayat 1, 2, 3 dan 4. Nama dan sifat Allah harus sesuai dengan apa yang dikabarkan-Nya dalam Al-Qur’an dan dikabarkan oleh Rasul shalallahu alaihi wa salam. Terkait dengan Syari’ah sistem Islam penekanannya terdapat pada ayat 6 dan 7, yang berarti Islam adalah satu-satunya sistem hidup yang lurus yang akan menyampaikan manusia kepada keridhaan Allah di dunia dan akhirat. Keridhaan Allah di dunia berupa keberkahan hidup dan kemudahan beribadah kepada-Nya. Keridhaan di akhirat berupa surga yang mengalir di bawahnya berbagai macam sungai dan berbagai fasilitas yang tidak tergambarkan kuantitasnya, kualitasnya dan keindahannya oleh pikiran manusia. Sebab itu, Islam tidak boleh tercampur sedikitpun dengan ajaran lain, baik dari ajaran Yahudi yang dimurkai Allah, maupun dari ajaran agama Nasrani yang tersesat dari jalan Allah, sebagaimana yang tertuang pada ayat 7, karena Islam itu sempurna. Tafsir Ibnu Katsir Pengantar Sebelum Tafsir Surat Al-Fatihah Pasal Makna Surat Mukadimah Surat Al-fatihah Hadis-hadis yang menerangkan keutamaan surat Al-Fatihah Hal-hal yang berkaitan dengan Al-Fatihah Membaca Al-Fatihah bagi makmum dalam shalat berjamaah Tafsir Istiadzah dan hukum-hukumnya Al-Fatihah ayat 1, Tafsir Basmalah dan hukum-hukumnya Al-Fatihah ayat 1 Keutamaan Basmalah Al-fatihah ayat 1, ta’wil kalimat Allah Al-Fatihah ayat 1, Pengertian Kalimat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Al-Fatihah ayat 2 Al-Fatihah ayat 2, Berbagai pendapat ulama salaf mengenai Alhamdu Al-Fatihah ayat 2, Ta’wil kalimat Rabbul Alamin Al-Fatihah ayat 3 Al-Fatihah ayat 4 Al-Fatihah ayat 5 Al-Fatihah ayat 6 Surat Al-Fatihah ayat 7 Pasal Makna Surat Al-Fatihah Pasal tentang amin
Surat ini adalah induk dan sekaligus pembuka Al-Qur'an. Tadabbur ini berfokus pada penghayatan makna, yang merupakan hal yang sangat kita butuhkan karena surat ini wajib kita baca setiap kali kita sholat. Mengenai lafazh basmalah, terdapat perbedaan pendapat apakah ini termasuk dalam surat atau tidak, dan mereka yang berpendapat bahwa ia bagian dari surat pun berbeda pendapat apakah ia dibaca secara keras atau pelan dalam sholat jahr. ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ Kalimat ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ bermakna bahwa segala pujian memang milik Allah, yang memang hanya untuk Allah bahkan sebelum kita memujinya. Ini berbeda dengan kalimat "AhmaduLlah, Aku memuji Allah" yang seolah-olah bermakna pujian itu baru menjadi milik Allah setelah kita mengucapkan kalimat pujian. Dengan mengucapkan ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ, kita merasa "Siapa saya kok layak memuji Allah, padahal Allah sudah terpuji sebelum mendapatkan pujian dari semua makhluq yang memujinya." "Al-hamd" adalah pujian dengan hati dan lisan sekaligus atas sifat-sifat yang baik dan terpuji. Berbeda dengan "al-madh" yang berarti pujian dengan lisan saja. Dan "al-hamd" adalah pujian yang diberikan baik karena telah memberikan nikmat maupun secara mutlaq tanpa ada kaitannya dengan pemberian nikmat. Ini berbeda dengan "al-syukr" yang hanya terkait dengan pemberian nikmat. Adapun alif dan lam dalam kata "al-hamd" bermakna "istighraqul jins", yakni mencakup segala pujian. Artinya, segala pujian itu pada dasarnya milik Allah atau kembali kepada Allah. Nama "Allah" berasal dari kata "Ilah". Artinya nama Allah ini mengandung makna "uluhiyah", yakni bahwa Allah adalah Dzat yang wajib disembah. Adapun "Rabbul 'Alamin" mengandung makna "rububiyah", yakni bahwa adalah Pencipta dan Pengatur alam semesta. ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ Dua nama Allah ini sama-sama menunjukkan sifat al-rahmah. Sebagian ulama mengatakan bahwa sifat al-rahmah dalam Al-Rahman mencakup semua makhluq-Nya tanpa terkecuali, termasuk mereka yang beriman maupun yang kafir, sementara sifat al-rahmah dalam Al-Rahiim hanya khusus untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat saja. Sebagian lagi mengatakan bahwa sifat al-rahmah dalam Al-Rahman bermakna positif, yakni memberikan kasih sayang secara positif dan bersifat umum, sedangkan sifat al-rahmah dalam Al-Rahiim artinya memberikan kasih sayang dalam bentuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak menyenangkan, musibah, adzab, dan semacamnya. Jika digabungkan dengan pendapat sebelumnya, maknanya Allah dengan sifat Rahiim-Nya memberikan kasih sayang secara khusus kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di akhirat dan menghindarkan mereka dari adzab akhirat. مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ Terdapat dua qiraat, yang satu dengan mim panjang yang bermakna "Yang menguasai Hari Pembalasan", yang satunya lagi dengan mim pendek yang bermakna "Raja Hari Pembalasan". Sifat Allah mencakup dua qiraat tersebut. Artinya, Allah adalah yang menguasai dan sekaligus Raja pada Hari Pembalasan. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda,"Allah akan menggenggam bumi dan melipat langit pada Hari Kiamat, kemudian berkata,'Aku adalah Raja. Mana para raja di bumi?" Sampai disini, kita telah menyebutkan dan merangkum sifat-sifat Allah yang utama. Yang pertama, sifat uluhiyyah yang terkandung dalam nama "Allah". Yang kedua, sifat rububiyah yang terkandung dalam nama-Nya "Rabbul 'Alamin". Yang ketiga adalah sifat rahmah kasih sayang, yang terkandung dalam nama Allah "Al-Rahman" dan "Al-Rahiim". Yang keempat adalah sifat kekuatan dan keadilan, yang terkandung dalam nama-Nya "Maaliki Yaumid Diin". Keempat sifat ini merangkum keseluruhan sifat Allah, yaitu uluhiyah, rububiyah, dan Asama wa Shifat. Adapun Asma dan Shifat yang disebutkan dalam surat ini mencakup dua sifat yang paling utama yaitu rahmah kasih sayang dan 'adalah keadilan, atau rahmah dan kekuatan, sekaligus. Sampai disini adalah untuk Allah. - إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Ini adalah antara Allah dan hamba-Nya. Separuh untuk Allah, yaitu إِيَّاكَ نَعْبُدُ. Dan separuhnya lagi untuk hamba-Nya, yaitu إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. Didahulukannya kata "إِيَّاكَ " mengandung makna "hanya". Artinya, hanya kepada Allah sajalah kami menyembah, dan hanya kepada Allah sajalah kami memohon pertolongan. Ini berbeda dengan jika kita mengatakan "na'buduka dan nasta'iinuka" yang artinya kami menyembah-Mu dan kami memohon pertolongan kepada-Mu namun bisa saja pada saat yang sama kami menyembah selain-Mu dan memohon pertolongan kepada selain-Mu. Digunakannya dhamir "nahnu, kami" pada ayat ini adalah dalam rangka ta'zhim. Artinya, sang pembaca menyatakan bahwa bukan hanya dia seorang yang mesti menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah, namun juga semua manusia dan jin. Ini menunjukkan keagungan dan ketinggian Allah sehingga semua makhluq-Nya, bukan hanya satu, dua, atau sebagiannya saja, mesti menyembah dan meminta pertolongannya. Kesannya berbeda jika kita mengucapkan "Iyaaka a'budu wa iyyaka asta'iin, Hanya kepadamu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan." Ada juga yang mengambil ibrah dari sini bahwasanya ini mengisyaratkan pentingnya berjamaah. Artinya, berbuat kebaikan itu dianjurkan untuk dilakukan secara berjamaah, bukan nafsi-nafsi. Pernyataan "إِيَّاكَ نَعْبُدُ" merupakan implementasi dari tauhid uluhiyah, sedangkan pernyataan "إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ" merupakan implementasi dari tauhid rububiyah. Dan inti dari syariat itu dua ibadah dan isti'anah memohon pertolongan kepada Allah. Al-Hasan Al-Bashri berkata,"Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menurunkan seratus kitab dan empat kitab utama yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Kandungan semua kitab tersebut terangkum dalam empat kitab utama. Dan kandungan empat kitab utama terangkum dalam Al-Qur'an. Dan kandungan Al-Qur'an terangkum dalam surat-surat mufashshal. Dan kandungan surat-surat mufashshal terangkum dalam Al-Fatihah. Dan kandungan Al-Fatihah terangkum dalam ayat "إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ". Karena pentingnya ayat ini, sebagian salaf betul-betul berusaha menghayati ayat ini ketika membaca Al-Fatihah dalam sholat. Diantaranya dengan cara mengulang-ulang membaca ayat ini. Sufyan Al-Tsauri suatu ketika mengimami sholat maghrib, dan ketika membaca Al-Fatihah beliau menangis ketika sampai pada ayat ini. Pada ayat ini, terjadi iltifaat dhamir. Sebelumnya, Allah disebut sebagai pihak ketiga namun kemudian berubah menjadi pihak kedua yang diajak bicara pada ayat ini. Hal ini karena setelah kita menyadari keagungan dan ketinggian sifat-sifat Allah yang kita nyatakan di ayat-ayat sebelumnya, maka kita menjadi larut dengan rasa takjub, ta'zhim, dan rendahnya diri kita sehingga kita kini benar-benar menyaksikan, kita menjadi langsung berbicara kepada Allah. Ini adalah maqam ihsan, "bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya." Diulangnya kata "إِيَّاكَ " di ayat ini adalah untuk menegaskan bahwa baik menyembah maupun memohon pertolongan kedua-duanya hanya kepada-Nya. Sekarang, apa makna "al-'ibadah, menyembah"? Sebetulnya dalam Al-Qur'an ada dua makna lafazh ibadah. Pertama, ibadah yang bersifat umum, yakni ketundukan semua makhluq kepada Allah, baik yang beriman ataupun yang kufur. Misalnya dalam firman Allah "Tidaklah setiap yang di langit dan di bumi kecuali datang kepada Al-Rahman dalam keadaan tunduk." Kedua, ibadah yang bersifat khusus, yaitu ibadah al-tauhid, yakni dengan cara menaati semua perintah Allah. Ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Kedua makna ibadah diatas wajib kita lakukan. Jika makna yang pertama sifatnya "given" maka makna yang keduanya sifatnya "pilihan". Ibadah yang bersifat khusus biasa diartikan segala hal berupa sikap, ucapan, dan perbuatan, yang bersifat lahiriyah atau batiniyah, yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Dengan makna ibadah seperti ini, mengapa isti'anah masih disebutkan sesudah ibadah? Ada dua kemungkinan jawaban untuk ini. Jawaban pertama, ini ada dua hal yang bisa diperlakukan dengan cara "ifraad" atau "iqtiraan". Seperti halnya pada lafzah fakir dan miskin, atau birr dan taqwa, atau iman dan amal shalih. Jika digunakan secara "ifraad" maka keduanya identik satu sama lain. Namun jika digunakan secara "iqtiraan" maka masing-masing memiliki makna khusus yang berbeda satu sama lain. Jawaban kedua, ini adalah melekatkan yang khash pada yang 'aam. Seperti dalam firman Allah Ta'ala "Maka sembahlah aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku Thaha 14", atau "Dan para malaikat-Nya dan para rasul-Nya dan Jibril dan Mikail Al-Baqarah 98, atau "Didalamnya ada buah-buahan dan kurma dan delima." Al-Rahman 68. Penyebutan yang khash sesudah yang 'aam memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mengutamakan atau mengistimewakan yang khash, seperti untuk mengutamakan Jibril dan Mikail atas para malaikat-malaikat yang lainnya. Kedua, karena seringkali yang khash tidak dianggap masuk dalam cakupan yang 'aam. Adapun "إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ" disebutkan setelah "إِيَّاكَ نَعْبُدُ" adalah karena ibadah merupakan konsekuensi atau tuntutan dari kesadaran akan keagungan dan ketinggian sifat-sifat Allah yang dinyatakan dalam ayat-ayat sebelumnya, sedangkan "memohon pertolongan" sangat terkait dengan ayat sesudahnya, yaitu permintaan agar ditunjukkan jalan yang lurus. - ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ Mulai dari sini sampai akhir surat adalah milik hamba Allah. Jalan lurus yang dimaksud dijelaskan dalam ayat berikutnya. صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ Jalan yang lurus adalah jalan orang-orang yang Allah beri nikmat atas mereka. Nikmat yang dimaksud disini adalah nikmat ketaatan dan ibadah. Siapa saja yang dimaksud dengan orang-orang yang Allah beri nikmat? Allah menjelaskan di bagian lain Al-Qur'an, bahwa mereka adalah para Nabi, orang-orang yang shiddiq, para syuhada', dan orang-orang yang shalih. Kemudian dijelaskan bahwa jalan yang lurus itu bukanlah jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat. Penafsiran yang masyhur berdasarkan hadits adalah, orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi sedangkan orang-orang yang tersesat adalah orang-orang Nasrani. Namun sebetulnya penafsirannya tidak hanya terbatas pada orang-orang Yahudi dan Nasrani saja, namun juga mencakup siapapun yang memiliki sifat-sifat seperti Yahudi dan Nasrani. Apakah sifat-sifat tersebut? Orang-orang Yahudi dimurkai karena mereka mengingkari kebenaran setelah mereka mengetahuinya. Sedangkan orang-orang Nasrani tersesat karena pemahaman yang salah. Dengan istilah lain, yang pertama karena syahwat, termasuk diantaranya syahwat kesombongan, kedengkian, dan menolak kebenaran, sedangkan yang kedua karena syubhat yaitu pemahaman yang salah. Yang pertama memilki ilmu tapi tidak diamalkan, sedangkan yang kedua beramal dan berperilaku zuhud tapi tanpa ilmu yang benar. Jalan yang lurus adalah yang menggabungkan antara ilmu dan amal, yakni memiliki ilmu yang benar dan mengamalkannya. Kemurkaan Allah kepada orang-orang Yahudi banyak dinyatakan dalam berbagai ayat Al-Qur'an, diantaranya adalah QS Al-Baqarah 90. Adapun sesatnya orang-orang Nasrani diantaranya dinyatakan dalam QS Al-Maidah 77. Mengapa orang-orang yang dimurkai, yakni Yahudi dan yang semacamnya, disebutkan terlebih dulu dari orang-orang yang tersesat? Diantara jawabannya adalah karena kekufuran Yahudi lebih besar daripada kekufuran Nasrani, meski dua-duanya kufur. Yang demikian ini karena orang-orang Yahudi sudah mengetahui kebenaran namun menyembunyikan dan mengingkarinya. Juga karena kemurkaan adalah kebalikan dari nikmat, karena itu keduanya disandingkan secara langsung. Jawaban lainnya adalah karena orang-orang Yahudi terlebih dulu ada sebelum orang-orang Nasrani dari sisi waktu. Kemudian muncul pertanyaan, apakah hanya orang-orang yang beriman dan taat saja yang mendapatkan nikmat? Atau dengan kata lain, apakah orang-orang kafir juga mendapatkan nikmat? Jawabannya, sesungguhnya nikmat yang diberikan kepada orang kafir adalah nikmat yang terbatas, yakni di dunia saja, dan pada hakikatnya bukanlah nikmat melainkan niqmah. Adapun nikmat yang diberikan kepada orang-orang yang beriman dan taat adalah nikmat yang sempurna, yang akan berlanjut di akhirat. Imam Al-Tirmidzi meriwayatkan hadits marfu' "Sesungguhnya kesempurnaan nikmat adalah selamat dari neraka dan masuk surga." hadits hasan menurut Al-Tirmidzi. Terakhir, jika kita sudah mendapatkan petunjuk dari Allah dan berada diatas jalan yang lurus, mengapa kita masih terus minta kepada Allah agar ditunjukkan jalan yang lurus? Jawabannya adalah karena kita ingin tetap konsisten selalu berada diatas jalan yang lurus, karena syetan senantiasa terus menggoda kita untuk menyimpang dari jalan yang lurus. Karenanya kita selalu minta kepada Allah agar ditunjukkan dan dijaga untuk senantiasa berada diatas jalan yang lurus. Disarikan dari Tafsir Al-Fatihah karya Imam Ibnu Rajab.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma dia berkata Tatkala Jibril duduk di sisi Rasulullah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba dia mendengar suara retak dari arah atas lalu dia mengangkat kepalanya, seraya berkata هَذَا بَابٌ مِنْ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الْأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ “Ini adalah suara salah satu pintu di langit yang baru dibuka pada hari ini, belum pernah pintu ini dibuka kecuali hari ini. Maka turunlah darinya seorang malaikat,” lalu Jibril berkata“Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini”. lalu malaikat itu mengucapkan salam dan berkata“Bergembiralah kamu wahai Muhammad dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu dan tidak pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab Surah Al-Fatihah dan beberapa ayat penutup surah Al-Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf pun darinya kecuali pasti engkau akan mendapatkannya”. HR. Muslim 1/554 dan An-Nasa`i 2/138. Dari hadist diatas menujukkan bahwasanya langit memiliki pintu dimana setiap pintu ada malaikat yang menjaganya, kemudian turunnya malaikat ke dunia adalah atas perintah Allah Subhanahu wata’ala. وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا “Dan tidaklah kami Jibril turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”. QS. Maryam 64. Kata tidaklah engkau membacanya wahai Muhammad melainkan setiap huruf engkau akan diberikan, maksudnya adalah pada 2 surah tersebut didalamnya terdapat doa yang tidaklah kita membacanya melainkan Allah akan mengabulkannya dan memberikan kepada kita. Allah subhanahu wata’ala membagi surah Al-Fatihah menjadi 2 dimana sebagiannya untuk Allah dan sebagian yang lain untuk hambanya, hal ini disebutkan dalam hadist Qudsi عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ . قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ . قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ». Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda“Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an yaitu Al Fatihah, maka shalatnya kurang tidak sah beliau mengulanginya tiga kali, maksudnya tidak sempurna”. Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata“Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam bersabda“Allah Ta’ala berfirman Aku membagi shalat maksudnya Al Fatihah menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil alamin segala puji hanya milik Allah’, Allah Ta’ala berfirman Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ar rahmanir rahiim Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah Ta’ala berfirman Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan maaliki yaumiddiin Yang Menguasai hari pembalasan’, Allah berfirman Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’, Allah berfirman Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta alaihim, ghoiril magdhuubi alaihim wa laaddhoollin’ tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat, Allah berfirman Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta”. HR. Muslim no. 395. Juga dalam hadits di atas disebut pula bahwa Al Fatihah disebut pula Ummul Qur’an. Surah Al-Fatihah bisa juga disebut dengan Ash Shalah sebagaimana Ulama kita mengatakan diantara nama dari Surah Al-Fatihah adalah Ash Shalah. Jadi ketika kita membaca surah Al-Fatihah hadirkan dalam hati kita karena pada hakekatnya kita bermunajah dan berdiolog dengan Allah Subhanahu wata’ala. Ketika kita membaca إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’, Allah berfirman Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Ketika membaca ayat tersebut gantungkan segala harapan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, keluhkan semua masalah kita kepada Allah, inilah menjadi rahasia mengapa sholat menjadi penyejuk mata bagi orang yang beriman, Allah berfirman إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا إِلَّا الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya“. QS. Al- Ma’arij 19-23. Dalam ayat diatas Allah mengecualikan keburukan tersebut kepada orang – orang yang sholat dan rajin mengerjakan sholat adapun yang tidak sholat maka mereka memiliki sifat kikir dan berkeluh kesah, oleh karenanya perbanyak mengerjakan sholat karena ketika kita sholat kita membaca surah Al-Fatihah yang didalamnya terdapat doa yang dikabulkan oleh Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan”Iyyaka Na’budu” itu menolak riya dan Wa Iyyaka Nasta’in itu menolak kesombongan yang ada pada diri kita“. Kita beribadah semata – mata hanya kepda Allah Subhanahu wata’ala dan kita menjaga diri kita dari segala bentuk kesyirikan baik syirik besar atau syirik kecil yang bisa menggerogoti pahala dan amalan yang kita kerjakan dan jika kita mempersekutukan Allah dalam ibadah maka dihapuskan seluruh amalan yang kita kerjakan, Allah berfirman وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi yang sebelummu “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. QS. Az Zumar 65. Jangan bergantung semata – mata kepada kekuatan kita , harta dan kekeyaan yang kita miliki. Al-Qur’an penuh dengan kisah dan sejarah bagaimana orang yang bangga dengan kekuasaan dan hartanya seperti Fir’aun yang memiliki kekuasaan namun dihancurkan oleh Allah Subahnahu wata’ala begitupula harun yang ketika ditanya”Dari mana engkau mendapatkan kekayaan seperti ini”, ia menjawab”Saya dapatkan dari kecerdasanku“, sehingga Allah menenggelamkannya bersama dengan kekayaannya dibawah dasar bumi. Kita telah mendapatkan sejarah mereka dan menjadi saksi atas mereka agar kita menjauhi keburukan mereka. Bertawakkal lah hanya kepada Allah karena para salaf ketika tali sandalnya putus sebelum mereka mengadu kepada manusia mereka terlebih dahulu mengadu kepada Allah Subhanahu wata’ala, biasakan diri kita untuk bergantung kepada Allah Subhanahu wata’ala. Jika ia mengucapkan ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta alaihim, ghoiril magdhuubi alaihim wa laaddhoollin’ tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat, Allah berfirman Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta”. Kita meminta hidayah dan petunjuk dari Allah dan yang lebih penting dari itu adalah bagaimana Allah Subhanahu wata’ala memberikan kita petunjuk untuk mengikuti hidayah tersebut . Ada doa yang dianjurkan untuk dibaca agar kita senantiasa diberi hidayah dan petunjuk oleh Allah Subhanahu wata’ala اللهم أرنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه “Ya Allah, tampakkanlah kepada kami yang benar itu sebuah kebenaran dan berikan rizki kepada kami untuk mengikutinya. Tampakkanlah kepada kami yang batil itu sebuah kebatilan dan berikan rizki kepada kami agar menjauhinya“. Banyak orang yang mengatakan saya tahu bahwa itu adalah sholat wajib yang diwajibkan oleh Allah, saya tahu bahwa menutup aurat itu wajib akan tetapi saya belum mampu mengerjakannya, mengetahui bahwasanya ini haram namun sulit meninggalkannya maka cara yang terbaik adalah senantiasalah minta petunjuk dan hidayah kepada Allah Subhanahu wata’ala. ghoiril magdhuubi bukan golongan yang engkau murkai Yang dimaksudkan adalah orang – orang yahudi karena mereka mengetahui yang haq benar namun tidak mengikutinya. Dijelaskan dalam Surah An-Nisa Allah Subhanahu wata’ala berfirman وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya“. QS. An-Nisa 69. Wa laaddhoollin dan bukan jalan orang yang sesat Yang dimaksudakan adalah orang – orang nasrani yang beribadah dengan kejahilan Kebodohan, Berkata Sofyan At Tsaury Rahimahullah “Barangsiapa yang rusak dari kalangan para ulama dia tidak mengamalkan ilmunya maka ada kemiripan dengan orang yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ruhban orang – ornag yang semangat ibadah akan tetapi tidak didasari dengan ilmu maka ada kemiripan dengan orang – orang nasrani“. Wallahu A’lam Bish Showaab Oleh Ustadz Harman Tajang, Lc., Hafidzahullahu Ta’ala Direktur Markaz Imam Malik Kamis, 04 Rabiul Awal 1438 H Fanspage Harman Tajang Kunjungi Media MIM Fans page Website Youtube Telegram Instagram ID LINE
tadabbur surat al fatihah